Keliling 2 Jam Gara-Gara Tak Bisa Bahasa Arab
Andaikan semua jamaah bisa berbahasa Arab, maka ibadah haji akan
semakin mudah dan indah

Seiring tibanya
waktu, wukuf seluruh jamaah haji berbondong-bondong ke Minarafah (Mina
dan Arafah). Banyak diantaranya yang terlihat bertanya kepada para
petugas di mana letak tenda-tenda mereka. Namun malang, hanya
kebingungan yang mereka temui, akibat minimnya kemampuan berbahasa Arab
sehingga tidak memahami instruksi petugas .
Mengangkat
bahu, wajah frustasi, tampak jelas di wajah para jamaah yang bingung
mencari jalan menuju tenda mereka. Mereka tidak paham apa yang dikatakan
para petugas penunjuk arah.
Wartawan Arab
News yang mengenakan jaket berwarna mecolok sering keliru disangka
petugas haji dan dikelilingi oleh para jamaah, yang kepanasan dan putus
asa karena tidak kunjung menemukan tenda mereka.
Para
jamaah itu mengatakan, seharusnya para petugas haji dibekali dengan
bahasa Inggris dasar. Sementara jamaah lainnya berpendapat, para jamaah
yang seharusnya belajar bahasa Arab, supaya bisa berkomunikasi dengan
petugas.
Bagi Yusuf Salaji pria 44 tahun asal
London yang baru pertama kali berhaji, sejauh ini haji adalah pengalaman
yang memuaskan. Meskipun kadang ia menghadapi kendala bahasa.
"Anda
disuruh melakukan sesuatu yang tidak Anda pahami. Ketika saya di
Masjidil Haram, polisi menyuruh saya ini dan itu, yang tidak saya
pahami," katanya.
"Mereka berteriak. Tapi saya
tidak paham mereka ingin agar saya melakukan apa."
Jamaah
asal London lainnya, Muhammad Patel, mengatakan seharusnya para jamaah
mau berusaha lebih agar mereka tidak mengalami hal yang bikin pusing
kepala dengan para petugas.
"Tujuan dari
ibadah haji adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah ... ini pelajaran
dari haji. Allah Mahapenyayang, Dia tidak akan memberikan ujian di luar
kemampuan seseorang. Dia mengetahui batas kemampuan kita sebelum
menciptakan kita," katanya. "(Kendala bahasa) ini jelas membuat Anda
frustasi, ketika maksud Anda tidak dapat dipahami oleh mereka atau
maksud mereka tidak dapat dipahami oleh Anda."
"Menurut
saya itu merupakan kesalahan kita sendiri juga, karena kita tidak mau
bersusah-payah belajar bahasa Arab, bukankah begitu?"
"Bahasa
Arab adalah bahasa Qur`an, bahasanya Islam dan bahasa surga," tegas
Patel, yang menunaikan ibadah haji kedua dalam kurun waktu 6 tahun ini.
Menurut
laki-laki berusia 53 tahun itu, Arab Saudi sudah membuka diri
lebar-lebar kepada dunia. Buktinya, petugas imigrasi menyapa dia dalam
bahasa Inggris.
Tidak semua jamaah haji
mengalami masalah dengan bahasa. Hal ini karena mereka dibantu oleh
pemandu dan sukarelawan yang mendampinginya.
"MasyaAllah,
kami datang bersama dengan kelompok yang diatur dengan sangat baik.
Jika ada masalah, kami tinggal menghubungi mereka," cerita Aamer Masood,
jamaah haji asal Inggris yang berada di Mina bersama dengan orangtua
dan istrinya, Saira.
Pria muda berusia 32
tahun itu menceritakan tentang penyelenggara hajinya yang punya banyak
petugas pendamping yang fasih berbahasa Arab.
"Mereka
juga banyak membantu jamaah dari kelompok lain di bandara Jeddah,
ketika kami harus terbang menuju Madinah. (Waktu itu) tidak ada yang
tahu apa yang terjadi, jadi kelompok kami memberitahu orang-orang apa
yang harus dilakukan dan membantu pihak berwenang Saudi."
Dalam
haji keduanya tahun ini, Masood mencatat banyak kemajuan pesat dari
fasilitas-fasilitas yang ada dibanding lima tahun lalu.
"Kami
tinggal menikmatinya, menjalankan semua ibadah yang kami bisa dan
bersiap menuju Arafah," kata Saira, isteri Masood.
Sementara
bagi jamaah asal India Sayyed Khan, kelompoknya menghadapi masalah
besar ketika berkomunikasi dengan para petugas di Bandara Internasional
Raja Abdulaziz dan di perkemahan.
"Kedua belah
pihak sama-sama kesulitan," katanya.
"Kami
tidak bisa bahasa Arab dan bagaimana mungkin kami berharap mereka bisa
bicara bahasa Urdu atau Hindi?"
sumber :Hidayatullah.com