Archives

tidak akan terkumpul 2 sifat ini


http://familiazam.com/imej/akibat-bakhil.jpg


بسم الله الرحمن الرحيم, الحمد لله رب العالمين وصلى الله وسلم وبارك على نبينا محمد وآله وصحبه, أما بعد:
Di bawah ini beberapa sifat yang tidak akan terkumpul dengan sifat yang lain. Semoga menjadi bahan pengetahuan dan amalan.


Tidak akan terkumpul:
- Debu berjihad di jalan Allah dengan Asap Neraka Jahannam
- Sifat bakhil (kikir) dengan keimanan.

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « لاَ يَجْتَمِعُ غُبَارٌ فِى سَبِيلِ اللَّهِ وَدُخَانُ جَهَنَّمَ فِى جَوْفِ عَبْدٍ أَبَدًا وَلاَ يَجْتَمِعُ الشُّحُّ وَالإِيمَانُ فِى قَلْبِ عَبْدٍ أَبَدًا ».
Artinya: “Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidak akan terkumpul selamanya debu di dalam perperangan di jalan Allah dengan asap neraka Jahannam di dalam mulut seorang hamba dan tidak akan terkumpul selamanya sifat bakhil dan keimanan di dalam hati seorang hamba.” HR. An Nasai dan dishahihkan oleh Al Albani di dalam kitab Shahih Al Jami’, no. 7616.

- Orang kafir dengan pembunuhnya
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « لاَ يَجْتَمِعُ كَافِرٌ وَقَاتِلُهُ فِى النَّارِ أَبَدًا ».
Artinya: “Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidak akan terkumpul seorang kafir dengan pembunuhnya di dalam neraka selamanya.” HR. Muslim.

- Kekafiran dengan keimanan
- Dusta dengan kejujuran
- Sifat khianat dengan amanah
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « لا يجتمع الإيمان و الكفر في قلب امرئ ، و لا يجتمع الكذب و الصدق جميعا ، و لا تجتمع الخيانة و الأمانة جميعا ».
Artinya: “Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidak terkumpul keimanan dan kekafiran di dalam hati seorang muslim, dan tidak terkumpul kedustaan dan kejujuran selamanya dan tidak terkumpul sifat khianat dan amanat seluruhnya.” HR. Ibnu Wahb di dalam kitab Al Jami’, dan dishahihkan oleh Al Albani di dalam kitab Silsilat Al Ahadits Ash Shahihah, no. 1050.

- Keimanan dengan sifat hasad
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « لاَ يَجْتَمِعَانِ فِى النَّارِ مُسْلِمٌ قَتَلَ كَافِرًا ثُمَّ سَدَّدَ وَقَارَبَ وَلاَ يَجْتَمِعَانِ فِى جَوْفِ مُؤْمِنٍ غُبَارٌ فِى سَبِيلِ اللَّهِ وَفَيْحُ جَهَنَّمَ وَلاَ يَجْتَمِعَانِ فِى قَلْبِ عَبْدٍ الإِيمَانُ وَالْحَسَدُ ».
Artinya: “Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidak akan terkumpul di dalam nerakan seorang yang telah membunuh seorang kafir, kemudian dia mendekatkan diri kepada kebaikan, tidak akan terkumpul keduanya di dalam mulut seorang beriman debu di dalam perperangan dan asap neraka Jahannam dan tidak akan terkumpul keduanya di dalam hati seorang hamba keimanan dan sifat hasad.” HR. An Nasai dan dishahihkan oleh Al Albani di dalam kitab Shahih At Targhib Wa At Tarhib, no.  1271.

- Ikhlas dengan kecintaan terhadap pujian, sanjungan


Syeikh Abdul Muhsin hafizhahullah berkata:
لا يجتمع الإخلاص ومحبة المدح والثناء في قلب المؤمن إلا كما يجتمع الضب والنون يعني: حيوان البحر مع حيوان البر، واجتماعهما لا يكون؛ لأن حيوان البحر إذا خرج منه مات، وحيوان البر إذا دخل البحر مات، فاجتماعهما لا يكون،
Artinya: “Tidak akan terkumpul ikhlas dan kecintaan terhadap pujian dan sanjungan di dalam hati seorang beriman kecuali sebagaimana terkumpulnya hewan dhabb dengan ikan, maksudnya adalah hewan air dengan hewan darat tidak akan kumpul keduanya terjadi, karena hewan laut jika keluar dari laut maka ia akan mati, dan hewan darat jika jika masuk ke dalam air dia akan mati, maka kumpulnya keduanya tidak akan terjadi.” Syarah Sunan Abi Daud.

- Kuburan dengan masjid
 إنه لا يجتمع في دين الإسلام قبر ومسجد والحكم للسابق منهما؛ فإن كان القبر موجوداً أولاً وأتي بالمسجد وبني عليه يهدم المسجد، وإن كان المسجد مبنياً أولاً وأدخل الميت في المسجد ينبش الميت ويخرج من المسجد ويبقى المسجد كما كان، ولا يجمع بين المسجد والقبر.
Artinya: “Sesungguhnya tidak akan terkumpul di dalam agam Islam, kuburan dan masjid dan hukum untuk yang lebih dahulu dari keduanya, jika kuburan ada lebih dahulu dan kemudian masjid dan dibangun di atasnya maka dihancurkan masjid, dan jika masjid di bangun duluan lalu mayat dimasukkan ke dalam masjid, maka dibongkar kuburan mayat dan dikeluarkan dari masjid dan dibiarkan masjid seperti semula dan tidak akan terkumpul antara masjid dan kuburan.“ Syarah Sunan Abi Daud.

- Ikhlas dengan kecintaan terhadap pujian, sanjungan dan kecintaan terhadap apa yang dimiliki oleh orang lain.


Ibnul Qayyim rahimahullah berkata:
لا يجتمع الإخلاص في القلب ومحبة المدح والثناء والطمع فيما عند  الناس إلا كما يجتمع الماء والنار والضب والحوت
Artinya: “Ikhlas tidak akan terkumpul di dalam hati dengan kecintaan terhadap pujian dan sanjungan serta kerakusan terhadap apa yang dimiliki oleh manusia kecuali terkumpulnya antara air dan api atau antara adh Dhabb (binatang darat) dan ikan (binatang air).” Lihat kitab Al Fawaid.

Ditulis oleh Ahmad Zainuddin
Ahad, 15 Jumadal Akhirah 1433H, Banjarmasin

source : http://dakwahsunnah.com/artikel/aqidah/142-tidak-akan-pernah-terkumpul-dua-sifat-berikut
Baca selengkapnya Bagikan

Anda seorang muslim? inilah prinsip hidup anda!

https://encrypted-tbn0.google.com/images?q=tbn:ANd9GcQcc7WRA7dEtffwnAwrTj29MeHptneZNDJrbsRX3ohSFBSxj5wRMw



Disaat semua orang bingung, dengan model bagaimanakah saya hidup…

Ketika semua orang linglung, dengan prinsip hidup bagaimanakah saya pakai…

Islam dengan segala kesempurnaannya telah lama menghadirkan prinsip hidup seorang muslim yang begitu sempurna…dengan semua makna kesempurnaan…Allahu Akbar!!!

بسم الله الرحمن الرحيم, الحمد لله رب العالمين وصلى الله وسلم وبارك على نبينا محمد وآله وصحبه أجمعين, أما بعد:


1. PILIH YANG PALING MUDAH SELAMA BUKAN DOSA DAN YANG PALING MUDAH PASTI DARI ISLAM


عَنْ عَائِشَةَ زَوْجِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- أَنَّهَا قَالَتْ مَا خُيِّرَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- بَيْنَ أَمْرَيْنِ إِلاَّ أَخَذَ أَيْسَرَهُمَا مَا لَمْ يَكُنْ إِثْمًا فَإِنْ كَانَ إِثْمًا كَانَ أَبْعَدَ النَّاسِ مِنْهُ

Artinya: “’Aisyah radhiyallahu ‘anha istri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bercerita: “Tidaklah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dipilihkan antar dua pilihan melainkan beliau memilih yang paling mudah dari keduanya, selama itu bukan dosa, jika itu dosa, maka beliau manusia yang paling jauh dari dosa.” HR. Bukhari dan Muslim.

{يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ} [البقرة: 185]

Artinya: “Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu.” QS. Al Baqarah: 185.

{مَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيَجْعَلَ عَلَيْكُمْ مِنْ حَرَجٍ } [المائدة: 6]

Artinya: “Allah tidak hendak menyulitkan kamu.” QS. Al Maidah: 6.

- Contoh dari permasalahan akidah: Menyembah hanya Allah semata lebih mudah daripada menyembah banyak sembahan

- Contoh dari permasalahan ibadah: Beribadah sesuai dengan hanya mencontoh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam lebih mudah dibandingkan beribadah dengan mencontoh banyak orang yang tidak ada contohnya dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

- Contoh dari permasalahan mu’malah: Berdagang yang jujur lebih mudah daripada tidak jujur dan menutup-nutupi keburukan barang atau lainnya.

- Contoh dalam tingkah laku: Berkata yang benar meskipun pahit lebih baik daripada menutupi terus-menerus di dalam kebatilan.

Silahkan cari contoh yang lain…


2. JANGAN PERNAH MELAKUKAN KESALAHAN YANG SAMA DUA KALI


عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « لاَ يُلْدَغُ الْمُؤْمِنُ مِنْ جُحْرٍ وَاحِدٍ مَرَّتَيْنِ ».

Artinya: “Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata: “Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Seorang Mukmin tidak terperosok ke dalam lubang yang sama dua kali.” HR. Bukhari dan Muslim.

- Contoh permasalahan akidah: jika sudah tahu bahwa selain Allah Ta’ala tidak pernah bisa mendengar permohonan kita, maka jangan pernah meminta/memohon kecuali kepada Allah

- Contoh permasalahan ibadah: jika gara-gara begadang maka ketinggalan shalat shubuh, maka jangan pernah begadang.

- Contoh permasalahan mu’amalah: Jika pernah diberi amanah memegang uang tidak amanah, maka jangan pernah menerima amanah itu.

- Jika pernah berhutang dan malas bayar padahal sudah mampu, maka jangan pernah berhutang

- Contoh permasalahan tingkah laku: jika orangtua sekarang tidak bisa baca Al Quran dan tidak banyak ilmu agama karena malas belajar agama, maka jangan tularkan itu kepada keturunannya.

Silahkan cari contoh yang lain.


3. MERASA SANGAT RUGI JIKA KETINGGALAN KESEMPATAN UNTUK BERIBADAH



عن نَافِعٌ قَالَ قِيلَ لاِبْنِ عُمَرَ إِنَّ أَبَا هُرَيْرَةَ يَقُولُ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ « مَنْ تَبِعَ جَنَازَةً فَلَهُ قِيرَاطٌ مِنَ الأَجْرِ ». فَقَالَ ابْنُ عُمَرَ أَكْثَرَ عَلَيْنَا أَبُو هُرَيْرَةَ. فَبَعَثَ إِلَى عَائِشَةَ فَسَأَلَهَا فَصَدَّقَتْ أَبَا هُرَيْرَةَ فَقَالَ ابْنُ عُمَرَ لَقَدْ فَرَّطْنَا فِى قَرَارِيطَ كَثِيرَةٍ.

Artinya: “Nafi’ rahimaullah berkata: “Dikatakan kepada Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma bahwa Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata: “Aku Mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa yang telah mengikuti jenazah maka baginya satu qirath (gunung) pahala.” Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhu berkata: “Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu menyebutkan terlalu banyak untuk kita”, lalu beliau pergi menemui Aisyah radhiyallahu ‘anha dan bertanya (tentang hadits) dan ternyata ‘Aisyah membenarkan Abu Hurairah, maka Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu berkata: “Sungguh, kita telah melalaikan bergunung-gunung pahala yang sangat banyak.” HR. Muslim.

Berkata Ibnu Hajar rahimahullah:

وفيه دلالة على فضيلة بن عمر من حرصه على العلم وتاسفه على ما فاته من العمل الصالح

Artinya: “Di dalam hadits ini menunjukkan keistimewaan Ibnu Umar radhiyiallahu ‘anhuma dari keinginan kuat atas ilmu dan perasaan merasa rugi atas apa yang tertinggal darinya berupa amal shalih.” Lihat kitab Fath Al Bary.

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ - وَهَذَا حَدِيثُ قُتَيْبَةَ أَنَّ فُقَرَاءَ الْمُهَاجِرِينَ أَتَوْا رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَقَالُوا ذَهَبَ أَهْلُ الدُّثُورِ بِالدَّرَجَاتِ الْعُلَى وَالنَّعِيمِ الْمُقِيمِ. فَقَالَ « وَمَا ذَاكَ ». قَالُوا يُصَلُّونَ كَمَا نُصَلِّى وَيَصُومُونَ كَمَا نَصُومُ وَيَتَصَدَّقُونَ وَلاَ نَتَصَدَّقُ وَيُعْتِقُونَ وَلاَ نُعْتِقُ. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « أَفَلاَ أُعَلِّمُكُمْ شَيْئًا تُدْرِكُونَ بِهِ مَنْ سَبَقَكُمْ وَتَسْبِقُونَ بِهِ مَنْ بَعْدَكُمْ وَلاَ يَكُونُ أَحَدٌ أَفْضَلَ مِنْكُمْ إِلاَّ مَنْ صَنَعَ مِثْلَ مَا صَنَعْتُمْ ». قَالُوا بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ. قَالَ « تُسَبِّحُونَ وَتُكَبِّرُونَ وَتَحْمَدُونَ دُبُرَ كُلِّ صَلاَةٍ ثَلاَثًا وَثَلاَثِينَ مَرَّةً ». قَالَ أَبُو صَالِحٍ فَرَجَعَ فُقَرَاءُ الْمُهَاجِرِينَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَقَالُوا سَمِعَ إِخْوَانُنَا أَهْلُ الأَمْوَالِ بِمَا فَعَلْنَا فَفَعَلُوا مِثْلَهُ. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « ذَلِكَ فَضْلُ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَنْ يَشَاءُ ».

Artinya: “Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu meriwayatakan bahwa kaum miskin dari kaum fakir Muhajirin mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, mereka mengadu: “Orang-orang kaya mendapatkan derajat yang tinggi dan nikmat yang abadi”, lalu Rasulullah bertanya: “Kenapa demikian?”, orang-orang fakir berkata: “Mereka shalat sebagaimana kami shalat, mereka berpuasa sebagaimana mereka berpuasa, mereka bersedekah tapi kami tidak bersedekah, mereka memerdekakan dan kami tidak memerdekakan”, maka rasulullah berkata: “Maukah kalian aku ajarkan sesuatu yang kalian dengan akan menyamai orang sebelum kalian dan mendahului orang setelah kalian dan tidak ada seorangpun yang lebih utama daripada kalian kecuali seorang yang berbuat seperti apa yang kalian perbuat.” Mereka berkata: “Tentu mau, wahai Rasulullah”, lalu beliau bersabda: “Kalian ucapkan subhanallah, alhamdulillah dan allahu akbar setiap akhir shalat sebanyak 33, 33, 33 kali”, Abu Shalih berkata: “Maka kaum muhajirin kembali lagi kepada Rasulullah shallallahu ‘alihi wasallam, mereka berkata: “Kawan-kawan kami dari orang yang banyak harta mendengar (bacaan kami) maka mereka berbuat seperti apa yang kami kerjakan”, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Itulah kelebihan Allah yang Dia berikan kepada siapa yang dikehendakinya.” HR. Bukhari dan Muslim.

LIHAT BAGAIMANA ORANG-ORANG FAKIR DARI KAUM MUHAJIRIN MERASA RUGI KETIKA TIDAK MAMPU UNTUK BERSEDEKAH SEBAGAIMANA ORANG-ORANG KAYA.

Contoh:

- Merasa rugi jika ketinggalan shalat berjamaah karena di dalamnya; ketinggalan pahala pergi ke masjid yaitu satu langkah diganjar pahala, satu langkah dihapuskan dosa, satu langkah diangkat derajat, ketinggalan pahala menjawab adzan yaitu mendapatkan syafaat rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, ketinggalan pahala shalat qabliyyah yaitu mendapat sebuah rumah di dalam surga, ketinggalan kesempatan berdoa antar adzan dan iqamah yang tidak ada penghalang antaranya dengan Allah Ta’ala, ketinggalan pahala menunggu shalat yaitu didoakan oleh para malaikat, ketinggalan pahala shalat berjamaah yaitu 27 derajat dibandingkan shalat sendirian, ketinggalan pahala mendapatkan takbiratul ihram imam yaitu terlepas dari dua sifat, sifat kemunafikan dan sifat siksa neraka.

Contoh lain…silahkan cari sendiri…


4. LAKUKAN SEGALA AKTIFITAS HIDUP DUNIA TUJUANNYA ADALAH MASUK SURGA JAUH DARI API NERAKA



عَنْ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ قَالَ كُنْتُ مَعَ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- فِى سَفَرٍ فَأَصْبَحْتُ يَوْماً قَرِيباً مِنْهُ وَنَحْنُ نَسِيرُ فَقُلْتُ يَا نَبِىَّ اللَّهِ أَخْبِرْنِى بِعَمَلٍ يُدْخِلُنِى الْجَنَّةَ وَيُبَاعِدُنِى مِنَ النَّارِ . قَالَ « لَقَدْ سَأَلْتَ عَنْ عَظِيمٍ وَإِنَّهُ لَيَسِيرٌ عَلَى مَنْ يَسَّرَهُ اللَّهُ عَلَيْهِ تَعْبُدُ اللَّهَ وَلاَ تُشْرِكُ بِهِ شَيْئاً وَتُقِيمُ الصَّلاَةَ وَتُؤْتِى الزَّكَاةَ وَتَصُومُ رَمَضَانَ وَتَحُجُّ الْبَيْتَ - ثُمَّ قَالَ - أَلاَ أَدُلُّكَ عَلَى أَبْوَابِ الْخَيْرِ الصَّوْمُ جُنَّةٌ وَالصَّدَقَةُ تُطْفِئُ الْخَطِيئَةَ وَصَلاَةُ الرَّجُلِ فِى جَوْفِ اللَّيْلِ ». ثُمَّ قَرَأَ قَوْلَهُ تَعَالَى (تَتَجَافَى جُنُوبُهُمْ عَنِ الْمَضَاجِعِ) حَتَّى بَلَغَ (يَعْمَلُونَ) ثُمَّ قَالَ « أَلاَ أُخْبِرُكَ بِرَأْسِ الأَمْرِ وَعَمُودِهِ وَذِرْوَةِ سَنَامِهِ ». فَقُلْتُ بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ. قَالَ « رَأْسُ الأَمْرِ وَعَمُودُهُ الصَّلاَةُ وَذِرْوَةُ سَنَامِهِ الْجِهَادُ - ثُمَّ قَالَ « أَلاَ أُخْبِرُكَ بِمِلاَكِ ذَلِكَ كُلِّهِ ». فَقُلْتُ لَهُ بَلَى يَا نَبِىَّ اللَّهِ.

فَأَخَذَ بِلِسَانِهِ فَقَالَ « كُفَّ عَلَيْكَ هَذَا ». فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَإِنَّا لَمُؤَاخَذُونَ بِمَا نَتَكَلَّمُ بِهِ فَقَالَ « ثَكِلَتْكَ أُمُّكَ يَا مُعَاذُ وَهَلْ يَكُبُّ النَّاسَ عَلَى وُجُوهِهِمْ فِى النَّارِ - أَوْ قَالَ عَلَى مَنَاخِرِهِمْ - إِلاَّ حَصَائِدُ أَلْسِنَتِهِمْ ».

Artinya: “Mu’adz bin Jabal pernah berkata: “Aku pernah bersama nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam di dalam sebuah perjalanan, suatu pagi aku dekat dengan beliau ketika itu kita lagi dalam perjalanan, lalu aku bertanya: “Wahai Nabi Allah, beritahukanlah kepadaku akan sebuah amalan yang akan memasukkanku ke dalam surga da menjauhkanku dari neraka.” Beliau menjawab: “Sungguh kamu telah bertanya tentang yang agung dan sesungguhnya hal itu sangat mudah bagi siapa yang dimudahkan Allah atasnya, yaitu kamu beribadahlah kepada Allah tidak menyekutukannya dengan sesuatu apapun, mendirikan shalat, membayar zakat, berpuasa pada bulan Ramadhan, menunaikan haji, kemudian beliau berkata: “Maukah aku tujukan kepada pintu-pintu kebaikan?, puasa adalah benteng, sedekah akan menghapuskan dosa, dan shalat seseorang pada malam hari…”. HR. Ahmad.

عن رَبِيعَةُ بْنُ كَعْبٍ الأَسْلَمِىُّ قَالَ كُنْتُ أَبِيتُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ –صلى الله عليه وسلم- فَأَتَيْتُهُ بِوَضُوئِهِ وَحَاجَتِهِ فَقَالَ لِى « سَلْ ». فَقُلْتُ أَسْأَلُكَ مُرَافَقَتَكَ فِى الْجَنَّةِ. قَالَ « أَوَغَيْرَ ذَلِكَ ». قُلْتُ هُوَ ذَاكَ. قَالَ « فَأَعِنِّى عَلَى نَفْسِكَ بِكَثْرَةِ السُّجُودِ ».

Artinya: “Rabi’ah binKa’ab Al Asalamy radhiyallahu ‘anhu berkata: “Aku pernah bermalam bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, lalu aku datang membawa wudhu dan hajat, lalu beliau berkata: “Mintalah”, maka akupun berkata: “Aku memohon kepadamu agar bisa bersamamu di dalam surga”, beliau bertanya: “Adakah yang lain?”, aku berkata: “Itu saja”, beliau bersabda: “Maka tolonglah aku atas dirimu dengan banyak sujud”. HR. Muslim.

LIHATLAH…BAGAIMANA PERMINTAAN MUADZ DAN RABI’AH radhiyallahu 'anhuma YANG MENUNJUKKAN BAHWA ORIENTASI MEREKA ADALAH MASUK SURGA JAUH DARI API NERAKA.



5. MENINGGALKAN SESUATU YANG TIDAK BERMANFAAT, TERUTAMA TIDAK MANFAAT DI KEHIDUPAN AKHIRAT.



عنْ عَلِىِّ بْنِ حُسَيْنٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « إِنَّ مِنْ حُسْنِ إِسْلاَمِ الْمَرْءِ تَرْكَهُ مَا لاَ يَعْنِيهِ ».

Artinya: “Ali bin Husain radhiyallahua ‘anhuma berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya termasuk kebaikan islam seseorang adalah meninggalkan sesuatu yang tidak bermanfaat baginya.” HR. Tirmidzi.

Contoh:

- Jika berkata-kata mendatangkan dosa, maka lebih baik diam

- Jika keluar rumah mendatangkan dosa, maka lebih baik diam di dalam rumah kecuali harus keluar rumah maka harus jaga pandangan dan seluruh anggota tubuh shingga tidak mendatangkan dosa. Wallahu a’lam.



Ditulis oleh Ahmad Zainuddin

Kamis, 25 Jumadal Akhirah 1433H di Banjarmasin.

source : http://dakwahsunnah.com/artikel/aqidah/144-anda-seorang-muslim%E2%80%A6inilah-prinsip-hidup-anda
Baca selengkapnya Bagikan

berantas bid'ah dibulan rajab


https://encrypted-tbn2.google.com/images?q=tbn:ANd9GcSi6MY16YBPmkaroDY-ZDEijioykSHEjWHaFOHsauWw7ns-aApPDQ

بسم الله الرحمن الرحيم, الحمد لله رب العالمين وصلى الله وسلم وبارك على نبينا محمد وآله وصحبه أجمعين, أما بعد


Kesucian Bulan Rajab:

{إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ وَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِينَ كَافَّةً كَمَا يُقَاتِلُونَكُمْ كَافَّةً وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ مَعَ الْمُتَّقِينَ} [التوبة: 36]

Artinya: “Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah ialah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya; dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa.” QS. At Taubah: 36.

عَنْ أَبِى بَكْرَةَ - رضى الله عنه - عَنِ النَّبِىِّ - صلى الله عليه وسلم - قَالَ « الزَّمَانُ قَدِ اسْتَدَارَ كَهَيْئَتِهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ ، السَّنَةُ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا ، مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ، ثَلاَثَةٌ مُتَوَالِيَاتٌ ذُو الْقَعْدَةِ وَذُو الْحِجَّةِ وَالْمُحَرَّمُ ، وَرَجَبُ مُضَرَ الَّذِى بَيْنَ جُمَادَى وَشَعْبَانَ »

Artinya: “Abu Bakrah radhiyallahu ‘anhu berkata, Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Masa telah berputar seperti keadaannya saat telah diciptakan langit dan bumi, satu tahun 12 bulan, diantaranya empat bulan suci, tiga bulan berturut-turut; Dzulqa’dah, Dzulhijjah dan Al Muharram dan bulan Rajab mudhar yang terletak antara bulan Jumada dan Sya’ban.” HR. Bukhari.

Untuk Apa Disucikan Bulan Rajab?

وحرم رجب في وسط الحول، لأجل زيارة البيت والاعتمار به، لمن يقدم إليه من أقصى جزيرة العرب، فيزوره ثم يعود إلى وطنه فيه آمنا.

Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan bahwa kesucian bulan rajab di tengah tahun, untuk mengunjungi ka’bah dan berumrah di dalamnya bagi siapa yang mendatanginya dari ujung tanah Arab, maka mereka dapat mengunjunginya dan kembali ke tanah mereka di dalam bulan Rajab tersebut dalam keadaan aman. Lihat tafsir Ibnu katsir.



Kalau Bulan suci, Lalu apa yang dilakukan?

وقال تعالى: { فَلا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ } أي: في هذه الأشهر المحرمة؛ لأنه آكد وأبلغ في الإثم من غيرها، كما أن المعاصي في البلد الحرام تضاعف، لقوله تعالى: { وَمَنْ يُرِدْ فِيهِ بِإِلْحَادٍ بِظُلْمٍ نُذِقْهُ مِنْ عَذَابٍ أَلِيمٍ } [الحج: 25] وكذلك الشهر الحرام تغلظ فيه الآثام؛ ولهذا تغلظ فيه الدية في مذهب الشافعي، وطائفة كثيرة من العلماء، وكذا في حَقِّ من قتل في الحرم أو قتل ذا محرم.

وقال حماد بن سلمة، عن علي بن زيد، عن يوسف بن مِهْران، عن ابن عباس، في قوله: { فَلا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ } قال: في الشهور كلها.

عن ابن عباس قوله: { إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا } الآية { فَلا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ } في كلِّهن، ثم اختص من ذلك أربعة أشهر فجعلهن حراما، وعَظم حُرُماتهن، وجعل الذنب فيهن أعظم، والعمل الصالح والأجر أعظم.

Ibnu Katsir rahimahullah berkata: “Allah Ta’ala berfirman: “Maka janganlah kalian berbuat zhalim di dalamnya kepada diri kalian”, maksudnya yaitu: di dalam bulan-bulan suci ini, karena lebih ditekankan dan lebih berat dosanya dibanding selainnya, sebagaimana maksiat di tanah suci dilipatkan dosanya, berdasarkan firman Allah Ta’ala: “Barangsiapa yang menginginkan di dalamnya berbuta zhalim maka akan kami rasakan kepadanya siksa yang pedih, maka demikian pula bulan-bulam suci dilipatkan di dalamnya dosa.

Beliau juga berkata: “Abdullah bin Abbas di dalam firman-Nya “Maka janganlah kalian berbuat zhalim terhadap diri kalian di dalamnya”, maksudnya pada selurh bulan, kemudian dikhususkan di dalamnya empat bulan dan Dia jadikan empat bulan tersebut bulan suci, Dia mengagungkan kesuciannya dan menjadikan dosa di dalamnya lebih besar, dan amal shalih di dalamnya ganjarannya lebih besar.” Lihat kitab tafsir Ibnu Katsir rahimahullah.



Adakah Amalan Khusus di dalam Bulan Rajab?

Berkata Al Hafizh Ibnu Hajar Asy Syafi'ie rahimahullah:

لم يرد في فضل شهر رجب، ولا في صيامه، ولا في صيام شيء منه، - معين، ولا في قيام ليلة مخصوصة فيه - حديث صحيح يصلح للحجة، وقد سبقني إلى الجزم بذلك الإمام أبو إسماعيل الهروي الحافظ

Artinya: "Tidak ada di dalam keutamaan bulan Rajab, baik itu tentang berpuasa di dalamnya atau berpuasa pada hari yang tertentu darinya atau keutamaan beribadah di satu malam khusus di dalamnya, satu hadits shahihpun yang bisa dijadikan sebagai hujjah (sandaran hukum), dan telah mendahului saya dalam penegasan hal ini Imam Abu Isma'il Al Harawi Al Hafidz”.

Beliau juga berkata:

وأما الأحاديث الواردة في فضل رجب، أو فضل صيامه، أو صيام شيء منه صريحة، فهي على قسمين: ضعيفة، وموضوعة.

"Adapun hadits-hadits yang diriwayatkan tentang keutamaannya atau keutamaan berpuasa di dalamnya atau berpuasa pada satu hari tertentu darinya, maka hadits-hadits tersebut terbagi menjadi dua macam: lemah dan palsu". Lihat kitab Tabyiinul 'Ujab bi maa warada fi fadhli Rajab, hal:14.

Sebagian amalan bid'ah di dalam bulan Rajab


1. Membaca doa khusus ketika awal bulan Rajab, seperti:

اللهم بارك لنا في رجب و شعبان و بلغنا رمضان

Artinya: "Ya Allah, berkahilah bagi kami di dalam bulan Rajab dan Sya'ban dan sampaikanlah kami kepada bulan Ramadhan." Hadits lemah, lihat kitab As Sunan Wal mubtada'at, hal: 143, kitab Tabyiinul 'ujab bi ma warada fi fadhli Rajab, karya Imam Ibnu Hajar rahimahullah, hal; 14.



Hadits ini lemah karena di dalamnya ada dua perawi lemah:

- Zaidah bin Abi Ar Raqqad, Imam Bukhari dan An Nasai mengatakan: “dia adalah seorang perawi yang periwayatannya mungkar”, Abu Hatim mengatakan: “Dia meriwayatkan dari Ziyad An Numairy dari Anas hadits-hadits yang tersambung tapi mungkar, kita tidak mengetahui siapa dia”, Abu daud mengatakan: “Aku tidak mengetahui keadaannya.”

- Ziyad bin Abdillah An Numairy, perwai yang dilemahkan oleh Ibnu Ma’in dan Abu Daud, adapun Ibnu Hibban berkata: “Perawi yang mungkar haditsnya, meriwayatkan hadits dari Anas yang tidak menyerupai hadits-hadits para perawi tsiqat, tidak boleh bersandar dengan hadits-haditsnya.” Abu Hatim berkata: “Haditsnya dituli, tetapi tidak boleh dijadikan sandaran.” Lihat Al fatawa Al Haditsiyyah, karya Al Khuwainy.


2. Shalat Ragha-ib yang dikerjakan pada malam jum'at pertama di bulan Rajab, antara Maghrib dan Isya-' dan pada siang hari kamisnya mengkhususkan dengan berpuasa, karena asal amalan ini adalah hadits palsu, lihat kitab Tabyiinul 'Ujab Bi Ma Warada fi Fadhli Rajab, karya Imam Ibnu Hajar, hal; 18, kitab Majmu' Fatawa syiekhul Islam Ibnu Taimiyyah, 23/132, 135.

Hadits ini palsu, karena para perawinya orang-orang yang tidak dikenal (majhul) dan ini disepakati oleh para Ahli hadits:

- Hadits ini dianggap palsu oleh Ibnu Al Jauzy di dalam kitab Al Madhu’at, beliau berkata: “Aku telah mendengar syeikh kami Abdul Wahhab Al Hafizh berkata: “Para Perawinya majhul dan aku telah periksa tentang mereka diseluruh kitab dan aku tidak dapatkan mereka”,

- Hadits ini dikatakan oleh Al Iraqy sebagai hadits yang palsu di dalam kitab hasyiyah beliau terhadap Ihya ‘Ulumuddin.

- Hadits ini disebutkan Al Hafizh Ibnu Hajar Al ‘Asqalany termasuk hadits yang palsu di dalam kitab Tabyyinul ‘Ajab bima Warada Fi Fadhli Rajab.

- Hadits ini dikatakan oleh As Suyuthi sebagai hadits yang palsu, di dalam kitab Al La-ali Al Mashnu’ah.

- Hadits ini disebutkan oleh Asy Syaukany di dalam kitab Al fawaid Al Majmu’ah dan Tufat Adz Dzakirin, sebagai hadits yang palsu dan para perawinya majhul dan para al huffazh sepakat bahwa shalat ini adalah shalat yang palsu.

- Hadits ini dinyatakan Al Mulla Ali Al Qary di dalam kitab Al Asrar Al Marfu’ah Fil Akhbar Al Maudhu’ah, sebagai hadits yang palsu dengan kesepakatan.

- Hadits ini dinyatakan oleh Ibnul Qayyim di dalam kitab Al Manarul Al Munif, hadits-hadits tentang shalat raghaib seluruhnya dusta dan diada-adakan atas nama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Lihat kitab Al A’yad Wa Atsaruha ‘alal Muslimin, hal: 345-365.



3. Mengkhususkan mengeluarkan zakat di dalam bulan ini, hal ini karena tidak ada asal hukum yang menunjukkan akan hal tersebut sebagaimana perkataan Imam Ibnu Rajab rahimahullahu: "Hal tersebut tidak ada dasar hukumnya di dalam sunnah Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam dan tidak dikenal dikalangan para salaf (para shahabat-pent)." Lihat kitab Latha-iful Ma'arif, karya Imam Ibnu Rajab rahimahullahu, hal: 231-232.


4. Mengkhususkan berpuasa di hari-hari tertentu pada bulan Rajab atau mengkhususkan berpuasa di dalamnya secara menyeluruh selama satu bulan penuh. Berkata Syeikhul Islam Ibnu Taimiyyah dan muridnya Ibnu Rajab rahimahumallahu: "Tidak ada riwayat shahih satupun tentang keutamaan mengkhususkan berpuasa di bulan Rajab, baik itu riwayat dari Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam atau dari para shahabat beliau radhiyallahu 'anhum." Lihat kitab Latha-iful Ma'arif, hal: 228 dan Kitab Majmu' fatwa syeikhul Islam Ibnu Taimiyyah –rahimahullahu-, 25/192290.

- Ibnu Abi Syaibah meriwayatkan bahwa Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu memukuli telapak tangan-telapak tangan orang-orang di dalam bulan Rajab sampai mereka meletakkannya di dalam tempat makanan. Beliau berkata: “Makanlah kalian, karena sesungguhnya ini adalah bulan yang diagungkan oleh orang-orang jahiliyyah.” HR. Ibnu Abi Syaibah di dalam kitab Mushannaf beliau dan Ath Tharthusyi di dalam kitab Al Hawadits wal bida’. (3/102)

- Ath Tharthusyi berkata: “Dan yang ada dianggapan manusia dari pengagungannya (bulan Rajab) sesungguhnya itu hanya dari sisa orang jahiliyyah.” Lihat Al Hawadits Wal Bida’ (129).



5. Berkumpul memperingati kejadian yang sangat agung Isra-' dan Mi'raj, hal ini dikarenakan beberapa hal:

- Setelah kejadian yang agung ini Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam hidup hampir 12 atau 13 tahun, tapi tidak ada riwayat satupun yang shahih bahkan palsu beliau mengumpulkan para shahabatnya untuk memperingati akan kejadian ini.

- Tidak ada riwayat yang shahih dan jelas yang menjelaskan bahwa kejadian tersebut terjadi pada tanggal 27 Rajab, meskipun kita harus mempercayai seyakin-yakinnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melakukan isra-' dan mi'raj, karena hal ini adalah bentuk keimanan yang harus diyakini seyakin-yakinnya.

Abu Syamah berkata: “Disebutkan oleh para pendongeng bahwa isra terjadi di dalam bulan rajab, pendapat itu menurut ulama jarh dan ta’dil adalah kedustaan yang sangat nyata.” Al Ba’its (71), karya Abu Syamah dan Lathaif Al Ma’arif (126), karya Ibnu Rajab.

Ibnu Katsir rahimahullah: “Hadits yang di dalamnya terdapat bahwa isra’ dan mi’raj terjadi pada malam 27 rajab adalah tidak benar.” Al Bidayah Wa An Nihayah (3/107).

- Kalaupun riwayatnya benar maka, tidak boleh kita mengkhususkan berkumpul dalam rangka ibadah memperingati kejadian agung Isra-' dan Mi'raj, karena Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam dan para shahabatnya radhiyallahu 'anhum tidak pernah mengerjakannya, lau kaana khairan lasabaquunaa ilaihi (kalau hal tersebut itu baik, maka niscaya mereka (Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan para shahabatnya radhiyallahu 'anhum) akan lebih dahulu mengerjakannya daripada kita. Wallahu a'lam



Penulis: Ahmad Zainuddin

1 Rajab 1433H, Banjarmasin


dikutip dari http://dakwahsunnah.com/artikel/aqidah/146-bulan-rajab-yang-suci-harus-bersih-dari-bid-ah
Baca selengkapnya Bagikan

Sorotan

tinggalin jejak kalian